Jalan hidup

 Ini lah kisahku dimulai dari ibuku yg sakit di 27 november 2020 tahun lalu. Aku tak pernah menyadari bahwa takdir hidupku begitu rumit. Aku shock ketika bude aminah menelepon dan waktu itu juga yang pertama kali mengangkat telponku adalah adik kandungku. Adikku memberikan Android kunoku ke aku.

"sisil ibumu sakit dan sekarang kritis mau di pindahkan ke icu". Kata bude amin.

"sakit apa bude?" tanya sisil.

"bude blm bisa memastikan intinya hbnya rendah dan devi skrng mengurus semuanya"

Aku panik sekali mendengar kabar itu, krn hanya aku yg terdekat dr wilayah jatim. Jadi malam itu juga aku on the Way ke Kediri tepat jam 20.00 aku dianter oleh lek dan omku. Awal mula aku ingin naik bis sendirian atas izin ibu tiriku.

Hatiku gemetar dan sedih seakan menyesalkan dada. Teman-teman ku pada berkerumunan ke rmh melihat dan membantu mempersiapkan segala sesuatunya. Sementara aku bersikukuh hanya mempersiapkan beberapa setelan baju dan alat sholat. Aku tak mengira bahwa ibu lama di dua rumah sakit.

Awal mula ibuku berada di rmh sakit gumul yang dikenal dengan Rumah sakit SLG (Simpang Lima Gumul) dr tanggal 27 november 2020 ibuku sudah masuk rumah sakit itu dan pindah ke rumah sakit pare pada tanggal 11 desember 2020.

Di rumah sakit Simpang Lima Gumul, aku berjaga bersama devi (sepupuku) yang selama ini dia yang mengurus ibuku. Aku takkan pernah melupakan perjuangan sepupuku untuk ibu kandungku. Sehari setelah ibu berada di icu, ibuku akhirnya dipindahkan ke ruangan rawat inap Punai.

Pada tanggal 5 desember ibuku rencananya mau di operasi namun ntah mengapa malam hari sebelum di operasi dan ketika perawatnya mau mengambil sampel darah untuk di operasi ibuku drop dan seakan melihat sesuatu. Kemudian kritis lagi dan tak sadarkan diri. Tubuhnya dingin dan nafasnya sesak. Aku panik bersama mbak perawat itu. Waktu itu sepupuku belum dateang juga.. Aku sedih sekali melihat keadaan ibuku. Sepupuku dlm perjalanan namun masih hujan.. Mbk perawat mencoba menghubungi beberapa dokter namun tak bisa hanya satu dokter umum yg bertugas malam itu. Hatiku terenyuh kenapa mesti harus seperti ini. Mbak mbak perawat mulai berdatangan aku semakin takut, mereka mulai memasang oksigen di area mulut dan hidung ibuku. Aku sedih, getir, panik dan mulai melantunkan Al quran. Aku memcoba mengaji sepanjang malam itu. Sampai ibuku kembali bernafas ringan. Semua kerabat di VC tak terkecuali adikku.

Aku berharap mereka semua berada dalam keadaan itu. Aku sedih sekali dan menangis. Apalah dayaku waktu itu.. Dokter hanya bilang tuntun yg mana aku blm paham bahasa mereka tentang tuntun. Kemudian doktek syaiful memberikan contoh tuntun. Ternyata di madura dikenal dg kata "ketokghin".

Hari itu telah berlalu ibuku dipindahkan ke icu kembali. Aku berlama lama di icu sampai seminggu baru dipindah ke pare. Waktu itu datanglah adikku tepat hari sabtu. Adikku juga menjenguk ibuku. Dia terlihat shock dan ketakutan. Aku sedih melihatnya aku tak mampu melihat ibuku yg semakin hari semakin banyak balutan perban. Akan tetapi adikku tak begitu lama disana. Hanya 2hr saja.

Aku sedih dan menangis saat perpisahan itu. Aku tak menyangka bahwa 19thn aku tak pernah bertemu adikku kemudian Allah mempertemukannya dg jalan seperti ini. Sedih sekali rasa rasanya. Segala macam perkataan aku lontarkan pada adikku.

Kini tiba saatnya ibuku dipindahkan ke rumah sakit pare setelah menghabiskan beberapa kantong darah di gumul. Aku bersama bak sovi perawat menaiki ambulance disana terlihat juga ibu ana, dan salah satu temenku juga yg membantuku. Aku berangkat sekitar jam 9nan setengah jaman sudah sampai di rumah sakit pare. Aku seorang diri disana menemani ibu. Hal ini krn sepupuku masih di rmh mengurus nenekku yg tak mampu berjalan.

Aku berharap sepupuku segera tiba dirmh sakit, akan tetapi ia kesulitan mencari ojek dan akhirnya siangan dia sudah tiba di RS. Hari sabtu kemudian tibalah adikku kembali aku tidak pernah menyangka bahwa adik laki-lakiku akan kembali lagi. Meskipun demikian dia juga harus bertugas menjaga ibuk. Singkat cerita ibu meninggal setelah melakukan cuci darah pada tanggal 18 desember 2020. Hatiku tergores Karena aku tak langsung mengetahui aku kesal kepada perawat yg menjaga ruang icu.. Aku sedih aku tak bisa berkata kata. Adikku mengambil surat kematian ibuku. Dan dia mencoba untuk membuatku tegar sehingga aku bisa mengurus ambulance. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan kehilangan ibuku di usiaku yg ke 24tahun. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solusi hidup sehat

Bagaimana caranya bahagia?